Skip to main content

Corpus Coranicum Project

Research project "Corpus coranicum"
         Proyek penelitian "corpus coranicum" adalah sebuah upaya para orientalis dalam mengkaji al-Qur'an dengan menggunakan metode kritik historis, yang bertempat di Berlin Brandenburgische Akademie der Wissenschaften di Jerman. 


      Angelika Neuwirth ditunjuk sebagai direktur proyek. Ia merupakan tokoh orientalis yang membantah argumen Geiger dan Noldeke (tokoh orientalis abad 19), mengatakan bahwa al-Quran tidak lebih hanya karangan Nabi Muhammad dan salinan teks Pra Islam, yakni Taurat dan Injil. Tentu hal ini sangat kontroversial dan melecehkan umat Islam. Direktur proyek ini menyanggahnya bahwa al-Qur'an merupakan teks independen, sangat berbeda dengan teks sebelumnya yang memiliki ciri khas sendiri dan nilai sastra memukau. 
      Salah satu program kerja dari penelitian ini diantaranya dengan mendokumentasikan manuskrip quran awal (abad ke-7) dalam bentuk foto digital dan tes uji karbon. Kabar terbaru yang saya dapatkan dari Pak Marzuki wahid, selaku rektor STAIMA Ciwaringin dan dosen ISIF Majasem, bahwa proyek ini telah barhasil dirampungkan. Mereka mengklaim telah menemukan mushaf imam dari sahabat Ibn Mas'ud melalui uji karbon terhadap manuskrip dan selesai menerjemahkannya. Kita ketahui bersama bahwa sahabat Ibn Mas'ud menolak perintah sahabat Usman untuk membakar mushaf, sebagai upaya khalifah dalam rangka standarisasi bacaan. Berita mengejutkannya adalah mushaf yang telah dikaji oleh mereka berbeda dengan mushaf yang digunakan mayoritas umat Islam saat Ini. Tentu hal ini akan memicu kemarahan umat islam di dunia rawan terjadinya perang. Mari kita respon positif hal ini dan apresiasi upaya militan yang mereka lakukan, jadikan ini sebagai cambuk bagi kita untuk mengkaji al-Qur'an lebih giat dan serius daripada orientalis. 


Sumber: -Disertasi ikhwan agustono
                -Republika

Comments

Popular posts from this blog

Hakekat kemainstreaman Gus Dur

HAKIKAT KEMAINSTREAMAN        Perkembangan bahasa di era globalisai ini, khususnya di kalangan anak muda begitu dinamis dan produktif, mereka anggap sebagai "trend" masa kini, sekaligus ajang menunjukan keeksisannya. Jumlahnya lumayan banyak, sampai lupa harus menghitunganya. Jenisnya juga beragam dari mulai bahasa serapan, singkatan, dan ragam fonologi. Misalnya saja seperti on the way, get well soon, narsis, baper, caper, kepo, jones, unyu, alay, galau, PJ, COD, PHP, geje, LOL, LDR, mainstream, dan masih banyak lagi. Kata-kata ini biasa mereka ucapkan dalam percakapan verbal maupun non verbal. Bahkan tidak asing terdengar di telinga kalangan yang lebih tua. Namun penggunanaan kata-kata diatas cenderung berkonotasi pada hal asmara, kebiasaan berkomunikasi , dan transaksi jual beli saja, tidak lebih. Padahal salah satu kata tersebut berimplikasi pada makna yang rekonstruktif.       Marilah fokus pada penyebutan kata terakhir, yakni "mainstream"....